MAKALAH
KROMIUM
Makalah ini Disusun guna Memenuhi
Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Kimia
Oleh
Neneng Ajijah
Kelas :XII
ipa 3
SMA NEGERI 2 MAJALENGKA
2012-2013
BAB I
PENDAHULUAN
Pada tahun 1797, analis dari
Prancis, yang bernama Louis-Nicholas Vauquelin menemukan “kromium“. Namun
sebelumnya, Vauquelin menganalisis zamrud dari Peru dan menemukan bahwa warna
hijau adalah karena adanya unsur baru, yaitu kromium.
Bahkan, nama kromium berasal dari
kata Yunani “kroma” yang berarti “warna”, dinamakan demikian karena banyaknya
senyawa berwarna berbeda yang diperlihatkan oleh kromium Satu atau dua tahun
kemudian seorang kimiawan dari Jerman, Tassaert yang bekerja di Paris menemukan
kromium dalam bijih Kromit, Fe(CrO2)2, yang merupakan
sumber utama kromit hingga sekarang.
Pada
pertengahan abad ke-18 seorang analisis dari Siberia menunjukkan bahwa kromium
terdapat cukup banyak dalam senyawa PbCrO4, tetapi juga terdapat
dalam senyawa lain. Ini akhirnya diidentifikasi sebagai kromium oksida. Kromium
oksida ditemukan pada 1797 oleh Louis-Nicholas Vauquelin.
BAB 2
KROMIUM
A. PENGENALAN KROMIUM
Kromium merupakan unsur yang
berwarna perak atau abu-abu baja, berkilau, dan keras. Kromium tidak ditemukan
sebagai logam bebas di alam. Kromium ditemukan dalam bentuk bijih kromium,
khususnya dalam senyawa PbCrO4 yang berwarna merah. PbCrO4
dapat digunakan sebagai pigmen merah untuk cat minyak.
Semua senyawa kromium dapat
dikatakan beracun. Meskipun kromium berbahaya, tetapi kromium banyak digunakan
dalam berbagai bidang. Misalnya dalam bidang biologi kromium memiliki peran
penting dalam metabolisme glukosa. Dalam bidang kimia, kromium Digunakan
sebagai katalis, seperti K2Cr2O7 merupakan
agen oksidasi dan digunakan dalam analisis kuantitatif. Dalam industri tekstil,
kromium digunakan sebagai mordants. Kromium memiliki beberapa istop. Diantara
isotop-isotop kromium, ada beberapa isotop kromium yang digunakan untuk
aplikasi medis, seperti Cr-51 yang digunakan untuk mengukur volume darah dan
kelangsungan hidup sel darah merah.
B. SUMBER
KROMIUM dan EKSTRAKSINYA
Di alam kromium tidak ditemukan
sebagai logam bebas. Selain ditemukan dalam bijih kromit, kromium juga dapat
ditemukan dalam PbCrO4, yang merupakan mineral kromium dan banyak
ditemukan di Rusia, Brazil, Amerika Serikat, dan Tasmania. Selain itu, kromium
juga dapat ditemukan di matahari, meteorit, kerak batu dan air laut.
Kromium juda dapat di hasilkan dari
proses isolasi dilabolatorium, karena kromium begitu mudah tersedia secara
komersial. Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa sumber yang paling
berguna dari komersial kromium adalah bijih kromit, FeCr2O4. Oksidasi
bijih ini melalui udara dalam cairan alkali memberikan natrium kromat, Na2CrO
4 di mana kromium dalam oksidasi 6 negara. Ini dikonversi menjadi Cr
(III) oksida, Cr2O3 dengan ekstraksi ke dalam air, curah
hujan, dan reduksi dengan karbon. Oksida kemudian dikurangi lagi dengan
aluminium atau silikon untuk membentuk logam kromium. Isolasi jenis lain yang
dapat digunakan untuk menghasilkan krom adalah dengan proses elektroplating.
Ini melibatkan pembubaran Cr2O3 dalam asam sulfat untuk
memberikan suatu elektrolit yang digunakan untuk elektroplating krom.
Ekstraksinya
Kromium dihasilkan dalam dua bentuk: ferrokromium dan
kromium murni, tergantung untuk apa kromium itu digunakan. Ferokromium
merupakan sebuah paduan yang mengandung Fe, Cr, dan C. Cara memperolehnya
adalah kromit direduksi oleh C menjadi aliasi (paduan) ferrokromium yang
mengandung karbon. Ferrokromium banyak digunakan dalam pembuatan stainless
steel.
Kromium murni berada dalam bentuk persenyawaan kromit. Apabila diperlukan, ada
beberapa cara untuk mendapatkannya. Pertama, kromit direaksikan dengan lelehan
NaOH dan O2 untuk mengubah CrIII menjadi CrO42-.
Selanjutnya lelehan dilarutkan dalam air dan natrium bikromat kemudian
diendapkan lalu direduksi. Reaksi yang terjadi adalah:
Fe2O3
tidak larut akan tetapi natrium kromat larut, oleh karena itu natrium kromat
dihilangkan dengan cara dilarutkan dalam air kemudian diasamkan untuk
menghasilkan natrium dikromat. Natrium dikromat kurang larut dan dapat
diendapkan. Natrium dikromat direduksi terhadap Cr2O3
dengan dipanaskan menggunakan C. Langkah terakhir yakni Cr2O3
direduksi terhadap logam menggunakan Al.
Oleh karena itu logam tersebut rapuh, maka logam
(murni) tersebut jarang digunakan. Logam itu digunakan untuk membentuk paduan
bukan besi. Dengan demikian, Cr2O3 dilarutkan dalam H2SO4
dan diletakkan secara elektrolitik pada permukaan logam. Keduanya melindungi
logam dari korosi dan memberikan tampilan yang mengkilat.
Cara yang kedua tidak jauh berbeda dengan cara yang di
atas, yaitu dengan mereduksi Cr2O3 dengan silikon.
Tahapan-tahapan ekstraksinya adalah: tahap pertama, bijih kromit dalam lelehan
alkali karbonat dioksidasi dengan udara untuk memperoleh natrium kromat, Na2CrO4.
Tahap kedua, peluluhan dan pelarutan Na2CrO4 dalam air
yang dilanjutkan dengan pengendapan sebagai dikromat, Na2CrO7.
Tahap ketiga adalah reduksi dikromat yang diperoleh dengan karbon menjadi
oksidanya, Cr2O3. Tahap terakhir, adalah reduksi Cr2O3
dengan silikon. Persamaan reaksinya adalah:
Kromium oksida, seperti halnya kromium(III) oksida, Cr2O3,
dapat diperoleh dari dekomposisi termal amonium dikromat menurut persamaan
berikut:
Kromium(III)
oksida merupakan oksida kromium yang paling stabil mengadopsi struktur
corundum, dan digunakan untuk pigmen hijau. Oksida ini menunjukkan sifat
semikonduktor dan antiferomagnetik pada temperatur di bawah 35 oC
(Sugiyarto dan Suyanti, 2010).
Kromium(IV) oksida, CrO2, dapat diperoleh dari reduksi CrO3
secara hidrotermal menurut persamaan reaksi berikut:
Kromium(VI) oksida, CrO3, dapat
diperoleh dari penambahan asam sulfat pada larutan pekat alkali dikromat